Semut hidup berkoloni, tidak mengenal konsep semacam diskriminasi kaya-miskin atau perebutan kekuasaan, dan di antara mereka terdapat pembagian kerja yang sempurna.
Semut tak dapat hidup sendirian, karena semut hanya bisa hidup dalam kelompok. Semut tidak bisa membangun sarang, mencari makan untuknya dan keluarganya, menjadi penjaga pintu, prajurit, pekerja, atau perawat larvanya sendiri. Begitu pula manusia sebagai makhluk sosial.
Semut juga dikenal sebagai makhluk yang suka tolong-menolong. Menurut teori Darwin, setiap makhluk hidup berjuang untuk kelangsungan hidupnya sendiri. Karena dengan membantu makhluk lain, relatif akan mengurangi peluang kelangsungan hidupnya. Perilaku ini mestinya bisa lenyap oleh evolusi jangka panjang. Namun, telah terbukti bahwa makhluk hidup rela untuk berkorban. Contohnya, koloni yang terbentuk dari individu-individu yang mau berkorban demi kepentingan kelompok akan lebih sukses dalam evolusi daripada koloni yang terbentuk dari individu-individu yang egois.
Buktinya, jika koloni semut mengalami paceklik, semut pekerja segera berubah menjadi semut pemberi makan dan mulai memberi makan sesamanya dengan partikel makanan dalam perut cadangannya. Bila koloni kelebihan makanan, mereka kembali menjadi semut pekerja. Sehingga koloni semut tersebut tetap dapat bertahan hidup. Sementara itu, manusia belum berhasil memerangi kelaparan di dunia, padahal semut dapat menanganinya dengan mudah.
Selain itu, yang perlu kita pelajari dari semut adalah kerjasama mereka. Misalnya, dalam perilaku spesies semut pekerja yang disebut Lasius emarginatus. Spesies ini memiliki afiliasi yang menarik. Kegiatan kelompok empat semut pekerja yang bekerja dengan tanah ini terus berlanjut saat mereka terpisah dari kelompok yang besar. Contoh lainnya, ketika semut api terpisah dari kelompoknya oleh rintangan tipis, mereka mencoba mencapai anggota lainnya dengna menusuk penghalang ini.
Nah, apa salahnya kita mulai memperhatikan lingkungan. Contoh pekerjaan dan perilaku makhluk hidup lainnya. (tapi yang baik-baiknya aja lho)
Semut tak dapat hidup sendirian, karena semut hanya bisa hidup dalam kelompok. Semut tidak bisa membangun sarang, mencari makan untuknya dan keluarganya, menjadi penjaga pintu, prajurit, pekerja, atau perawat larvanya sendiri. Begitu pula manusia sebagai makhluk sosial.
Semut juga dikenal sebagai makhluk yang suka tolong-menolong. Menurut teori Darwin, setiap makhluk hidup berjuang untuk kelangsungan hidupnya sendiri. Karena dengan membantu makhluk lain, relatif akan mengurangi peluang kelangsungan hidupnya. Perilaku ini mestinya bisa lenyap oleh evolusi jangka panjang. Namun, telah terbukti bahwa makhluk hidup rela untuk berkorban. Contohnya, koloni yang terbentuk dari individu-individu yang mau berkorban demi kepentingan kelompok akan lebih sukses dalam evolusi daripada koloni yang terbentuk dari individu-individu yang egois.
Buktinya, jika koloni semut mengalami paceklik, semut pekerja segera berubah menjadi semut pemberi makan dan mulai memberi makan sesamanya dengan partikel makanan dalam perut cadangannya. Bila koloni kelebihan makanan, mereka kembali menjadi semut pekerja. Sehingga koloni semut tersebut tetap dapat bertahan hidup. Sementara itu, manusia belum berhasil memerangi kelaparan di dunia, padahal semut dapat menanganinya dengan mudah.
Selain itu, yang perlu kita pelajari dari semut adalah kerjasama mereka. Misalnya, dalam perilaku spesies semut pekerja yang disebut Lasius emarginatus. Spesies ini memiliki afiliasi yang menarik. Kegiatan kelompok empat semut pekerja yang bekerja dengan tanah ini terus berlanjut saat mereka terpisah dari kelompok yang besar. Contoh lainnya, ketika semut api terpisah dari kelompoknya oleh rintangan tipis, mereka mencoba mencapai anggota lainnya dengna menusuk penghalang ini.
Nah, apa salahnya kita mulai memperhatikan lingkungan. Contoh pekerjaan dan perilaku makhluk hidup lainnya. (tapi yang baik-baiknya aja lho)
1 komentar:
shooooooooooooooooooooooofififi
aku mau belajar dari gajah saja.
Posting Komentar